Aku Bukan Penuang Air

Februari 13, 2022
Kurang lebih sudah hampir 2 bulan. Saya aktif ikut saudara, yang melatih anak-anak  belajar renang atau ingin belajar renang atau ingin bisa berenang. Meskipun beberapa tahun sebelumnya, saya pernah melakukan kegiatan semacam itu. Yang kata orang itu kegiatan melatih renang atau bisa disebut menjadi pelatih renang, kata orang-orang. 

Pelatihan ialah mempelajari, menekuni, menyobek dinding kertas, menguak cakrawala, berenang di dalam ilmu pengetahuan.
Lha, akhir-akhir ini sudah ada satu bulan lebih. Semenjak saya tercium kembali aromanya, bergelut di ranah pembelajaran renang. Orang-orang selalu bergosip tentang diri saya yang menjadi pelatih renang. Bahkan ketika saya keluar dari rumah untuk menuju kolam setiap sabtu sore dan minggu pagi, ikut melebur di dalam pembelajaran di kolam renang. 

"Uwis dadi pelatih siki Adit koh," 
"Cairr nih, bayaran dong. Pelatih renang berpenghasilan," 
Kalimat-kalimat semacam itu yang pasti selalu saya jumpai di setiap sabtu sore dan minggu pagi, di area parkiran kolam renang. Saya pada saat seperti itu pasti menjawab dengan tidak mengiyakan bahwa saya adalah seorang pelatih. 

"Ah, engga lah. Ngga menjadi pelatih. Ngga melatih. Cuma nemenin anak-anak belajar."

Sebuah jawaban yang kadangkala bikin saya bingung. Kok bisa saya menjawab seperti itu. Hmmm... 

Mungkin itu terjadi karna saya tidak berani menganggap diri saya sebagai pelatih renang secara utuh maupun tidak. Karna saya tidak bisa mentransferkan ilmu pengetahuan tentang renang atau ilmu apa saja. Jadi yang saya lakukan selama ini ialah 'menemani' atau 'ngancani' kalo kata orang Jawa. Dan saya tidak sedikitpun menjalani itu semua dengan niatan mencari uang. Meskipun saya juga tidak memiliki banyak uang. Bukan hanya itu, saya juga tidak memiliki pekerjaan yang menjanjikan seperti satu hari dapet berapa banyak uang atau satu bulan omset berapa. Tidak ada!. Tidak ada itu semua. Itu semua saya lakukan untuk menebus hutang-hutang saya di masa lalu. 

Jadi, kenapa dulu saya pasif melakukan hal itu karena saya tidak tau apa tujuan saya melakukan itu semua. Pada suatu hari, ketika saya masih sekolah umur 17 tahun. Saya menemukan sebuah alasan yang membuat saya menjadi lebih aktif, meskipun masih ada bolong-bolongnya. 

Pada saat itu saya sedang diperkenalkan dengan falsafah Jawa, bahwa puncak tertinggi manusia itu ketika ia menjadi manusia yang berguna bagi sekitar. Akhirnya saya berfikir, apa yang bisa saya lakukan agar hidup saya ini jadi agak migunani, walau hanya sedikit saja. Dan itu semua juga bagian dari membayar hutang saya kepada Tuhan, malaikat, alam semesta, orang-orang dan siapa saja yang ikut andil dalam hidup saya sampai pada detik ini. 

Saya mendapatkan ilmu tentang berenang yang mungkin cukup untuk dibagikan, agar orang-orang juga bisa berenang dan tidak tenggelam seperti saya waktu umur 4 tahun, sehingga membuat orang-orang di sekitar panik tidak karuan karna, nyawa hampir saja melayang. 
Maka kegiatan itu semua saya lakukan untuk membayar hutang saya yang sudah dibekali ilmu secara gratis. Saya berlatih renang tau belajar berenang itu tidak bayar, meskipun saya ikut klub renang pada waktu itu. Dan yang sekarang saya lakukan, ialah membagikan apa yang saya bisa bagikan. Jadi saya bukan mencari uang ataupun untuk memiliki status sosial sebagai pelatih renang. Melainkan membayar hutang saya pada semua yang ikut andil membantu dalam kehidupan saya dan menemani siapa saja yang ingin belajar renang dengan sungguh-sungguh. 

Karna jika status sosial saya adalah pelatih renang, menurut saya itu terlalu berat dan saya tidak akan lolos. Karena dalam satu minggu senin sampai jum'at kadang-kadang saya menjadi tukang parkir di kolam renang itu sendiri. Dan luar biasa indah. Tuhan memberikan tugas itu kepada saya, sehingga saya juga ikut belajar di dalam kegiatan pembelajaran renang tersebut. Bahkan saya kagum kepada orang yang pekerjaannya adalah melayani manusia atau memberi jasanya. Pokoknya saya bukan pelatih renang. Bahkan jika itu adalah kelas, saya juga seorang murid yang sedang ikut belajar dan saling belajar satu sama lain dengan murid-murid yang lain.